Ambil Tisu, Kisah Ini Menguras Air Mata : Anak dan Ibu Itu
Apapun keadaan ibu kita, kita wajib memeliharanya hingga akhir hayatnya. Terlebih jika ibu kita memiliki kekurangan. Alkisah ada seorang pemuda berusia 30 tahun bersama dengan seorang wanita tua. Mereka mendatangi sebuah klinik praktik rumah sakit , menghadap seorang dokter, pemuda itu tampak begitu perhatian kepada wanita tua yang mukanya tampak bersih dan sangat terlihat sehat. Ternyata wanita itu adalah ibunya.
Walhasil dokter bertanya kepada pria itu, “
apakah ibu anda sudah lama mengalami gangguan jiwa ini ?” , saya
perhatikan dari semua pertanyaanku tidak dijawabnya secara benar’ tanya dokter
Pemuda itu menjawab ‘ iya dia ibu saya
yang mengalami cacat menyal sejak saya lahir”
Sang dokter semakin penasaran” lalu
siapa yang merawatnya “?
Ia menjawab “ aku yang merawatnya dokter “
Pak dokter bertanya lagi “ lalu siapa
yang memandikan dan mencuci pakaiannya”?
Ia kembali menjawab “ aku suruh ia masuk
ke kamar mandi, membawa baju untuknya. Aku yang melipat dan menyusun bajunya di
lemari. Intinya saya mengerjakan itu semua dengan senang hati. Bahkan saya
belikan dia pakaian baru yang membuat hati beliau senang”
“Mengapa engkau tidak mencarikannya
pembantu ? “ tanya dokter semakin penasaran
Pemuda itu kembali menjawab “ karena
ibuku tidak bisa melakukan apa-apa, dia seperti anak kecil,akau khawatir
pembantu tidak memperhatkannya dengan baik, dan tidak memahaminya, semnetara
saya sangat memahami ibuku “
Dokter itu hanya terperangah, dan begitu
kagum dengan bakti pemuda itu, meskipun ibunya mengalami cacat mental.
Entah berapa pertanyaan yang dilayangkan
bapak dokter itu, hingga tuntas di jawab oleh pemuda itu. Termasuk dari
pertanyaan itu, muncul fakta juga bahwa ibunya juga menderita penyakit gula.
Sang ibu telah diceraikan oleh suaminya sebulan setelah menikah, ayah dari anak
semata wayang yang sekarang merawatnya . Selain itu , si pemuda hanya dirawat
oleh neneknya.
Dokter tidak kuasa menahan tangis, dari
sudut bola matanya bercucuran bulir air mata, pertanyaan masih terus bergulir” saya
lihat kuku ibumu begitu bersih, siapa yang memotongnya”
“ Saya Dokter, saya selalu merawat ibu saya
sejak usia 10 tahun, bahkan hingga kini nenek telah meninggal pun saya bersama
istri dan anak saya merawat ibu kami “ jelas pemuda itu dengan penuh ketulusan
Begitu banyak pertanyaan sang dokter ke
pemuda itu , hingga resep obat diberikan oleh dokter, sambil memperhatikan
tingkah laku ibunya, dokter masih begitu penasaran , tidak habis fikir ‘
“ Ibu mari kita ke kedai ” ajak sang
anak , “ tidak mau , aku sekarang mau ke Mekkah “ jawab ibu merengek
sambil kegirangan.
Tiba-tiba pak Dokter bertanya “ apakah
anda benar-benar akan membawa ibu anda ke Mekkah, bukankah dia tidak ada
kewajiban umroh “ ?
Jawaban si pemuda sungguh mengejutkan “ Tentu
, saya akan kesana akhir pecan ini, agar ibuku senang, mungkin saja kebahagiaan
yang dia rasakan saat aku membawanya ke Mekkah akan membuat pahalaku lebih
besar daripada aku pergi umrah tanpa membawanya”
Pemuda pergi dari klik praktek, sang dokter
segera meminta semua perawatnya keluar, dan dia menangis sejadi-jadinya . Dia
bergumam dalam hati “ betapa berbaktinya pemuda itu”
Ia hanya dikandung, tidak pernah dirawat ,
tidak pernah didekap, memberi kasih sayang, tidak begadang malam, tidak pernah
menangis untuknya………
Tidak pernah…Tidak pernah….
Sahabat Inspirasi apakah kita sudah
berbakti kepada ibu kita yang sehat, seperti pemuda itu yang justru sangat
berbakti kepada ibunya yang cacat mental
Semoga menginspirasi
Sayangilah ibu kalian…..Selagi mereka
masih ada…..
Salam Inspirasi
La Topanrita
0 Response to "Ambil Tisu, Kisah Ini Menguras Air Mata : Anak dan Ibu Itu"
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung di website kami